Select Menu

sponsor

sponsor
Select Menu

Slider

Sigi

Wisata

Gambar tema oleh konradlew. Diberdayakan oleh Blogger.

Sulteng

Nasional

Hotel

Teknologi

Kesehatan

Profil

Kuliner


Pesta kesenian Bali merupakan event yang tepat untuk memperkenalkan Kabupaten Sigi dan kekayaan potensi wisata Budaya, Alam, Kuliner, Olahraga dan Realigi yang di memiliki oleh Kabupaten Sigi. Sehingga di harapkan mampu mendongkrak kunjungan wisatawan yang datang ke Kabupaten Sigi serta dapat menambah devisa sebagai pendapatan asli Daerah Kabupaten Sigi.
sumber: http://budparsigi.blogspot.com/

Di desa-desa pada beberapa kecamatan di kabupaten Sigi khususnya di kecamatan kulawi,kulawi selatan,biromaru,palolo,nokilalaki,gumbasa dan tanambulava masih melestarikan musik bambu. Musik bambu masuk di wilayah kabupaten sigi diperkirakan semenjak zaman penjajahan belanda. Sehingga jenis musik ini sesungguhnya merupakan warisan zaman tersebut dan jika kita mendengar notasi pada musik bambu memang tergolong diatonis, terkesan sangat modern dan para pemainnya pun lebih cenderung memainkan lagu-lagu perjuangan. Namun demikian, musik bambu telah diakui oleh masyarakat kabupaten sigi sebagai sebuah bentuk kesenian tradisi yang terus dilestarikan dan dikembangkan.

Sebuah grup musik bambu terdiri dari banyak pemain, meliputi perempuan dan laki-laki.  Alat musik dibuat sendiri oleh masyarakat, dan di tiap desa ada yang ahli dalam membuat alat musik tiup ini.  Bentuknya juga macam-macam, bahkan ada yang mirip terompet besar namun dibuat dari bambu.   Grup ini mempunyai seorang dirigen untuk mengatur agar musik selaras dan harmoni.   Instrument suling yang kecil biasanya dimainkan oleh para wanita sedangkan para laki-laki memainkan instrument yang besar

Selain untuk lomba, musik bambu juga dimainkan pada saat penyambutan tamu atau perayaan-perayaan lainnya.  Sebagai warisan budaya, penyebaran Musik bambu ini hampir merata di seluruh Pulau Sulawesi dari utara sampai selatan.
Sumber: http://budparsigi.blogspot.com/
Bertempat di lapangan Bola ibukota Kabupaten Touna, (17 Juli 2011)dilaksanakan Ceremony
Pembukaan Pekan Budaya dan Pariwisata Prov. Sulteng Ke X Tahun 2011 oleh Gubernur 
Sulawesi Tengah Bpk. Drs. H. Longky Djanggola, Msi. Acara pembukaan tsb diawali dengan
Pawai Budaya yg kemudian di lanjutkan dgn sajian Tari Kolosal dari Putra/Putri Pelajar se
Kab.Touna.
               


sumber: http://budparsigi.blogspot.com/

Desa Watunonju terletak di Kecamatan Sigi Biromaru, Kabupaten Sigi, Provinsi Sulawesi Tengah. Penduduk asli Watunonju berasal dari Sigimpu (benar-benar Sigi) yaitu suatu daerah di bagian Palolo sekitar 28 km dari Watunonju.

Dahulu daerah Watunonju merupakan hutan dan ketika itu daerah watunonju belum dihuni oleh manusia. Manusia zaman itu hidup berkelompok dan selalu tinggal berpindah-pindah, tetapi ketika telah tumbuh pengetahuan tentang bercocok tanam mereka umumnya tinggal di daerah pegunungan.

Kelompok manusia yang akan menjadi penduduk Watunonju adalah suatu kelompok yang bernamakan Hilonga.

Mereka hidup di daerah Sigimpu. Pekerjaan mereka yaitu berburu binatang serta bercocok tanam.
Sebagai kebiasaan setelah panen, mereka mengadakan pesta syukuran yang bernama Movunja (pesta panen). Kemudian untuk kelengkapan acara, sebelum memulai pesta mereka berburu binatang sampai ke bukit yang banyak batu berlubang, menyerupai lesung.

Ketika mereka ingin memulai pesta syukuran terjadi bencana banjir karena terjadinya semburan lumpur dari dalam tanah. Banjir itu pun membuat genangan air yang luas dan disebut danau Ranotiko (sekarang ini, danau itu telah menjadi lembah). Bencana itu banyak memakan korban jiwa.

Beruntungnya orang yang tidak mengikuti pesta itu selamat dari bencana. Menurut hasil penelitian mcarmand, orang-orang yang selamat segera melarikan diri ke daerah Lindu, daerah Palolo, daerah Bodi Lemontasi, Vatung Gede dan ada juga yang lari menuju perbukitan yang semula mereka temukan ketika berburu (daerah Watunonju).

Orang-orang dari kelompok Hilonga yang lari ke perbukitan itu (daerah Watunonju) mengadakan upacara adat yang mereka sebut Mampasulemanu. Upacara itu bertujuan untuk mengetahui tentang masalah layak atau tidak layak mereka tinggal menetap di Watunonju. Upacara itu dipimpin oleh tetua adat mereka, dan hasil akhirnya yaitu mereka layak tinggal di daerah itu.

Seluruh daerah itu awalnya merupakan hutan, akan tetapi karena mereka tinggal kini separuh dari hutan itu merupakan tempat pemukiman mereka. Daerah itupun mereka namakan Watunonju (bahasa Suku Kaili yang berarti lumpang batu) kerena banyak mereka temukan lumpang batu atau batu yang berlubang. Akhirnya mereka merupakan cikal bakal penduduk Watunonju.

Lumpang batu di Watunonju, pertama kali diteliti oleh dua orang ilmuan sekaligus misioner Belanda yang sempat mengkristenkan Sulawesi Tengah terutama di Kabupaten Poso yaitu ketika Indonesia masih dijajah oleh Belanda. Mereka adalah Albert Qruit dan Adrian.

Setelah mereka mengajarkan agama Kristen di seluruh Poso mereka lalu mengajarkan agama Kristen di Palu. Setelah itu ia meneruskan misinya ke daerah Sigi Biromaru. Namun misi mereka sangat ditentang oleh Raja Karanjalemba yang mempunyai wibawa dan pengaruh yang sangat kuat.

Dua orang misioner tersebut pun pergi dari Watunonju karena keberanian Raja Karanjalemba. Tetapi menurut mcarmand, Albert Qruit dan Adrian pergi tidak dengan tangan kosong, mereka sempat mengadakan penelitian yang pertama kali terhadap peninggalan arkeolog di daerah Watunonju yang berada di Kecamatan Sigi Biromaru tersebut yaitu penelitian terhadap lumpang batu pada tahun 1898 Masehi.

Khusus orang Sulawesi Tengah yang pertama kali meneliti adalah Masyudin Masyuda (seorang budayawan Sulawesi Tengah) pada tahun 1972.

Peneliti yang kedua yaitu Dr. Herry Sukendar pada tahun 1975. Ia menamukan empat belas buah lumpang batu. Dia memelihara batu-batu tersebut dengan membuat lembaga kebudayaan di Watunonju pada tahun 1978 dan dikembangkan lagi tahun 1979. Tahun 1983 Desa Watunonju pun diresimikan oleh Hariyati Subagyo (mentri sosial saat itu) sebagai suatu objek sejarah.

Sejak Desa Watunonju menjadi suatu objek sejarah yang resmi, saat itu pula mulai berdatanganlah peneliti-peneliti yang lain.

Ada tiga belas batuan yang saat ini dikumpulkan dalam satu taman. Peralatan dari batu ini diduga digunakan oleh manusia purba pada era jaman batu atau monolit. Ditemukan oleh peneliti dari negeri Belanda. bernama Dr. Kruyt pada tahun 1898. Situs ini berada di kecamatan biromaru, kabupaten Sigi, kira-kira 25 km arah selatan kota palu (ibu kota prov.sulawesi tengah) dan apabila anda akan ke tempat wisata air panas, maka situs ini kira-kira berada 3 km sebelumnya.

Dilokasi ini juga terdapat peninggalan sejarah berupa bangunan dan benda-benda bersejarah, antara lain; Palaya (rumah), Buho (Lumbung), dan makam yang dikeramatkan oleh penduduk sekitar.

sumber: http://budparsigi.blogspot.com/

Untuk para pecinta olahraga petualangan, khususnya olahraga dirgantara paralayang, Matantimali adalah surga bagi mereka, betapa tidak , lokasi ini adalah salah satu lokasi paralayang terbaik yang ada di muka bumi. Lokasi yang sering digunakan untuk beberapa event paralayang ini terletak di desa Matantimali Kabupaten Sigi Propinsi Sulawesi Tengah. Pada Pekan Olahraga Nasional (PON) XVII 27 Juni - 5 Juli 2008 lalu di Kalimantan Timur, cabang khusus paralayang dipindahkan ke lokasi ini.

Lokasi take off dilakukan dari sebuah bukit yang menghadap ke laut ke arah timur (tenggara), pada ketinggian 1100 meter di atas permukaan laut. Meski kondisinya sedikit berbatu dan sempit, tetapi terletak di ujung lereng yang sangat terjal, memberikan banyak keuntungan bagi para pecinta olah raga ini.

Keuntungan lain lokasi ini bagi paraglider adalah akses transportasi yang sangat mudah, kendaran roda dua maupun empat bisa mencapai tempat ini (Matantimali), lokasi Matantimali yang menghadap ke lembah palu dan teluk palu memberikan banyak keuntungan bagi pataglider, pertama adalah angin yang menghantam lereng gunung, yang menyebabkan turbulensi (gelombang air), sebagai turbulensi yang dibutuhkan untuk mendapatkan ketinggian ( ketinggian). sumber daya Angkat paralayang kedua adalah gelembung panas bumi (panas).

Kedua hal ini terpenuhi dengan baik di lokasi ini, Yang pertama adalah daerah pegunungan yang terkena angin, yang mendukung daerah dekat dengan pantai ni. Kedua Thermal, cuaca panas (cuaca) di wilayah ini didominasi banyak panas menyebabkan termal lokasi.

Salah satu penggemar olahraga paralayang cabang kedirgantaraan dari negara kanguru benua Australia, Dr Tom Berryman, yang terbang di angkasa semua benua ini dianggap orang nomor satu di dunia.

Untuk menuju ke Matantimali dari Kota palu kurang lebih 30 menit kea rah barat daya, sepanjang perjalanan menuju lokasi ini anda akan disuguhkan panorama alam pegunungan Gawalise dan hamparan lembah palu. (Edy)

Pada 18-25 juni 2011 yang lalu di gelar paralayang Indonesia open di desa wayu (desa sekitar matantmali). Desa lainnya yang tengah di dorong juga untuk pengembangan potensi wisata paralayangnya.

sumber photo:asgaf umar
sumber: http://budparsigi.blogspot.com/